Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang remaja bernama Fikri. Ia adalah siswa SMP di Al Mabruroh yang dikenal sebagai pembaca buku yang rajin. Setiap kali waktu istirahat di sekolah, Fikri selalu terlihat tenggelam dalam buku-buku yang ia bawa. Ia percaya bahwa buku adalah jendela dunia, dan setiap halaman menyimpan petualangan yang menanti untuk dijelajahi.
Suatu hari, saat Fikri berada di perpustakaan desa, ia menemukan sebuah buku tua dengan sampul yang usang. Judulnya adalah “Dunia Fantasi.” Tanpa ragu, ia membawanya pulang dan mulai membaca. Begitu membuka halaman pertama, Fikri merasakan sesuatu yang aneh. Tiba-tiba, ia terhisap ke dalam cerita dan menemukan dirinya berada di dunia yang penuh warna.
Di dunia ini, Fikri bertemu dengan berbagai makhluk ajaib: peri yang menari, naga yang bijaksana, dan pohon-pohon yang bisa berbicara. Ia terpesona oleh keindahan tempat itu, di mana setiap sudut menyimpan keajaiban. “Wow, aku tidak percaya ini nyata!” serunya sambil berlari-lari mengeksplorasi.
Selama petualangannya, Fikri belajar banyak hal. Ia menghadapi tantangan dan rintangan, seperti menyelamatkan kota dari monster yang mengganggu dan membantu peri mencari bintang yang hilang. Setiap pengalaman membuatnya semakin percaya diri, dan ia menyadari bahwa keberanian dan persahabatan adalah kunci untuk mengatasi segala kesulitan.
Suatu malam, saat Fikri beristirahat di bawah pohon raksasa yang ramah, pohon itu berkata, “Fikri, ingatlah, dunia di luar sana juga memiliki tantangan. Buku ini memberimu pelajaran tentang kehidupan. Setiap petualangan yang kau alami di sini akan membantumu menghadapi dunia nyata.”
Setelah banyak berpetualang, Fikri merasa sudah saatnya pulang. Ia mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya di dunia fantasi dan kembali ke halaman terakhir buku itu. Dalam sekejap, ia terlempar kembali ke perpustakaan desa, dengan buku itu masih terbuka di pangkuannya.
Fikri terdiam sejenak, merenungkan semua yang telah ia alami. Ia menyadari bahwa buku bukan hanya sekadar kumpulan kertas, tetapi portal menuju dunia yang hidup. “Aku harus berbagi pengalaman ini dengan teman-temanku,” pikirnya.
Keesokan harinya, Fikri membawa buku itu ke sekolah dan bercerita kepada teman-temannya tentang petualangannya. Ia mengajak mereka untuk membaca dan menjelajahi dunia yang sama. “Kita bisa belajar banyak dari buku, dan kita bisa menjadi pahlawan di cerita kita sendiri!” serunya dengan penuh semangat.
Teman-temannya tertarik dan mulai membaca buku-buku yang Fikri rekomendasikan. Perlahan, mereka semua terinspirasi untuk menemukan cerita mereka sendiri dan belajar dari setiap petualangan yang mereka baca.
Sejak saat itu, Fikri dan teman-temannya tidak hanya menjadi pembaca, tetapi juga penjelajah dunia yang hidup melalui buku. Mereka belajar bahwa dengan membaca, mereka bisa mengatasi tantangan dan mengejar impian, serta menemukan pelajaran berharga tentang kehidupan.
Fikri mengerti bahwa setiap buku adalah jendela ke dunia baru, dan di balik setiap cerita, terdapat pelajaran yang bisa membentuk mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Ia bertekad untuk terus membaca dan mengajak orang lain untuk merasakan keajaiban yang sama. Dengan buku di tangannya, Fikri merasa siap untuk menjelajahi dunia, baik yang nyata maupun yang penuh imajinasi.
