Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang remaja bernama Bilal. Ia adalah siswa SMP di Al Mabruroh yang memiliki hobi unik: mengumpulkan barang-barang antik. Di antara koleksinya, ada sebuah layar kaca tua yang sangat ia cintai. Layar kaca itu diwariskan oleh kakeknya, seorang seniman yang terkenal di desa.
Suatu hari, Bilal menemukan cara untuk membersihkan layar kaca itu agar bisa memamerkannya di sekolah. Saat ia menyeka debu yang menempel, tiba-tiba layar itu memancarkan cahaya lembut. Bilal terkejut, dan saat ia melihat lebih dekat, ia melihat bayangan kakeknya di dalamnya. “Kakek?” panggilnya dengan hati berdebar.
Bayangan itu tersenyum dan berkata, “Bilal, aku selalu bersamamu. Layar kaca ini menyimpan banyak kenangan dan cerita. Setiap kali kamu melihatnya, ingatlah akan pesan yang ingin aku sampaikan.”
Bilal merasa terpesona. “Apa pesan itu, Kek?” tanyanya penuh rasa ingin tahu.
“Kreativitas dan keberanian untuk bermimpi adalah harta yang paling berharga. Jangan pernah takut untuk mengejar impianmu,” jawab kakeknya. Bilal teringat betapa kakeknya selalu mendorongnya untuk menggambar dan mengekspresikan dirinya.
Setelah pertemuan ajaib itu, Bilal merasa terinspirasi. Ia mulai menggambar lebih giat, menciptakan karya-karya yang memadukan imajinasinya dan pelajaran yang ia dapat dari kakeknya. Setiap kali ia merasa ragu, ia akan melihat layar kaca itu, dan bayangan kakeknya seolah memberikan semangat.
Ketika sekolah mengadakan lomba seni, Bilal tidak ragu untuk ikut. Ia menciptakan lukisan yang menggabungkan elemen-elemen dari kenangan bersama kakeknya. Saat presentasi, ia bercerita tentang layar kaca dan pesan yang ia terima. “Karya ini adalah ungkapan rasa cinta dan penghormatan saya kepada kakek, yang selalu mengajarkan saya untuk berani bermimpi,” ujarnya dengan percaya diri.
Hari pengumuman lomba tiba. Bilal merasa gugup, tetapi ia berdoa agar kakeknya bangga. Ketika namanya disebut sebagai juara pertama, ia hampir tidak percaya. Air mata bahagia mengalir di pipinya. “Terima kasih, Kek. Ini semua berkatmu!” serunya dalam hati.
Sejak saat itu, Bilal tidak hanya menjadi siswa yang rajin belajar, tetapi juga seorang seniman muda yang berani mengejar mimpinya. Ia menyadari bahwa di balik layar kaca tua itu, terdapat kisah yang mengajarkan nilai-nilai penting dalam hidup—nilai kreativitas, keberanian, dan cinta.
Bilal pun bertekad untuk terus menggali bakatnya dan menginspirasi orang lain, seperti kakeknya yang selalu ada di sampingnya, meskipun hanya dalam kenangan. Layar kaca itu bukan hanya sekadar barang antik, tetapi juga simbol dari perjalanan dan impian yang akan terus ia ukir dalam setiap goresan di kanvas kehidupannya.
