Di sebuah desa yang tenang, hiduplah seorang remaja bernama Asya. Ia adalah siswa SMP di Al Mabruroh yang dikenal sebagai anak yang ceria dan penuh semangat. Setiap pagi, Asya selalu bangun lebih awal untuk menyiapkan dirinya sebelum berangkat ke sekolah. Namun, ada satu hal yang selalu membuatnya bersemangat bangun pagi: mimpi-mimpinya.
Suatu malam, sebelum tidur, Asya memikirkan tentang cita-citanya untuk menjadi seorang arsitek. Ia membayangkan merancang gedung-gedung tinggi yang indah dan membantu masyarakat dengan karyanya. Saat tidur, Asya bermimpi tentang sebuah kota yang dipenuhi bangunan megah hasil karyanya. Ia merasa sangat bahagia dan bersemangat.
Ketika pagi tiba, Asya terbangun dengan rasa gembira. “Aku harus menggambar desain gedung yang aku lihat dalam mimpiku!” pikirnya. Dengan cepat, ia mengambil buku sketsanya dan mulai menggambar. Setiap garis dan bentuk yang ia buat membuatnya semakin bersemangat. Ia ingin sekali mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan.
Ketika tiba di sekolah, Asya tidak sabar untuk menunjukkan gambar-gambarnya kepada teman-temannya. “Lihat! Ini adalah desain gedung yang aku buat setelah bermimpi semalam!” ujarnya dengan penuh semangat. Teman-temannya, Rika dan Dito, terkesan melihat hasil karya Asya.
“Wah, Asya! Ini luar biasa! Kamu benar-benar berbakat,” puji Rika. Dito pun menambahkan, “Kamu harus ikut lomba desain bangunan yang akan diadakan bulan depan!”
Mendengar itu, Asya merasa bersemangat. Ia bertekad untuk mengikuti lomba tersebut dan menunjukkan kemampuannya. Namun, di tengah kebahagiaannya, Asya merasa cemas. “Tapi, bagaimana jika desainku tidak bagus?” pikirnya.
Malam harinya, Asya kembali bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat seorang arsitek terkenal yang memberinya semangat. “Jangan takut untuk bermimpi besar, Asya. Setiap karya dimulai dari imajinasi. Teruslah berusaha dan jangan menyerah,” kata arsitek itu.
Ketika terbangun, Asya merasakan semangat yang baru. Ia menyadari bahwa setiap mimpi adalah langkah awal menuju cita-cita. Dengan penuh tekad, ia melanjutkan menggambar dan berlatih merancang bangunan. Setiap hari, ia meluangkan waktu untuk belajar tentang arsitektur dan mendapatkan inspirasi dari lingkungan sekitar.
Hari lomba pun tiba, dan Asya merasa gugup. Ia melihat banyak peserta lain yang juga berbakat. Namun, ia mencoba untuk tetap tenang dan fokus. Saat giliran Asya untuk mempresentasikan karyanya, ia mengingat nasihat dari mimpinya.
“Desain ini terinspirasi dari mimpi saya. Saya ingin menciptakan ruang yang tidak hanya indah, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya dengan percaya diri. Semua juri dan peserta terkesan dengan presentasinya.
Setelah beberapa hari menunggu, hasil lomba diumumkan. Dengan jantung berdebar, Asya mendengarkan pengumuman. “Juara pertama lomba desain bangunan diraih oleh… Asya!” Suara juri menggema di aula.
Asya tidak bisa mempercayainya. Air mata bahagia mengalir di pipinya. “Aku berhasil!” serunya dalam hati. Ia segera berlari ke panggung untuk menerima penghargaan. “Terima kasih kepada semua yang mendukungku, terutama Rika dan Dito. Mimpi ini adalah langkah awal menuju cita-citaku!” ucapnya di depan semua orang.
Momen itu mengajarkan Asya bahwa mimpi bukan hanya sekadar angan-angan, tetapi bisa menjadi kenyataan jika kita berusaha dan percaya pada diri sendiri. Ia bertekad untuk terus bermimpi dan bekerja keras, karena setiap pagi adalah kesempatan baru untuk mewujudkan impian-impian besarnya.
Sejak saat itu, Asya tidak hanya menjadi siswa yang giat belajar, tetapi juga seorang pemimpi yang berani mengubah mimpinya menjadi kenyataan.
