Cinta dalam Bingkai Doa

Di sebuah desa yang dikelilingi sawah hijau, tinggal seorang remaja bernama Hasan. Ia adalah siswa SMP di sekolah Islam Al Mabruroh. Hasan dikenal sebagai siswa yang rajin dan sopan. Namun, di balik kesibukannya belajar, ada satu hal yang selalu membuatnya gelisah: perasaannya kepada Aisyah, teman sekelasnya.

Aisyah adalah gadis yang cantik dan cerdas. Ia selalu membantu teman-temannya dan memiliki senyum yang bisa membuat hari siapa pun menjadi lebih cerah. Hasan sering mencuri pandang saat Aisyah menjelaskan pelajaran di depan kelas. Namun, ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya.

Suatu sore, setelah pulang sekolah, Hasan duduk di teras rumah sambil memandang langit. Ia mengingat ajaran ustadz tentang cinta yang sejati. “Cinta yang tulus harus dibingkai dengan doa,” kata ustadz. Hasan pun memutuskan untuk berdoa. Ia berharap Allah membimbingnya untuk menemukan cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

Hari-hari berlalu, dan Hasan semakin yakin bahwa Aisyah adalah orang yang tepat untuknya. Ia mulai menulis surat, tetapi selalu ragu untuk mengirimkannya. Akhirnya, Hasan memutuskan untuk meminta nasihat kepada sahabatnya, Fajar.

“Fajar, aku suka Aisyah, tapi aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya,” kata Hasan dengan cemas.

Fajar tersenyum. “Kenapa tidak mengajak Aisyah berbicara di tempat yang tenang? Katakan saja apa yang kau rasakan. Tapi ingat, awali dengan doa, agar semuanya berjalan lancar.”

Malam itu, Hasan berdoa di mushala sebelah rumah. Ia memohon agar Allah memberikan keberanian dan petunjuk. Pagi harinya, ia merasa lebih tenang dan siap untuk berbicara dengan Aisyah.

Saat jam istirahat, Hasan mengajak Aisyah ke taman sekolah. Mereka duduk di bangku bawah pohon rindang. Dengan hati yang berdebar, Hasan berkata, “Aisyah, aku ingin berbagi sesuatu denganmu.”

Aisyah menatapnya dengan penuh perhatian. “Apa itu, Hasan?”

Hasan mengumpulkan keberanian. “Aku suka kamu, Aisyah. Dan aku ingin kita bisa saling mendukung dan belajar bersama.”

Aisyah tersenyum. “Aku juga senang bersahabat denganmu, Hasan. Terima kasih sudah berani mengungkapkan perasaanmu.”

Hasan merasa lega. Ia tahu bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang saling menghargai dan mendukung. Mereka pun sepakat untuk saling membantu dalam belajar, dan perlahan, perasaan itu tumbuh menjadi sebuah persahabatan yang lebih dalam.

Sejak saat itu, Hasan dan Aisyah selalu berdoa bersama sebelum ujian. Mereka belajar berdua di perpustakaan, berbagi buku, dan saling memberi semangat. Cinta mereka bukan hanya sekadar perasaan, tetapi juga sebuah ikatan yang dibangun di atas doa dan saling dukung.

Waktu berlalu, dan saat mereka lulus SMP, Hasan berjanji untuk selalu menjaga hubungan ini. “Aisyah, aku akan terus berdoa untuk kita, agar cinta ini selalu dalam bingkai yang baik,” katanya.

Aisyah mengangguk, “Aku juga, Hasan. Semoga Allah selalu membimbing kita.”

Cinta dalam bingkai doa itulah yang membuat hubungan mereka semakin kuat. Hasan tahu bahwa dengan doa, cinta mereka akan tumbuh dan berkembang, siap menghadapi setiap tantangan di masa depan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Chatting di WA Operator
Tuliskan Nama dan Kelas kamu?
Kami senang dapat melayani, Apa yang dapat kami bantu??