Di sebuah desa yang tenang, hiduplah dua sahabat bernama Amir dan Budi. Mereka sudah berteman sejak kecil, selalu bersama dalam suka dan duka. Setiap sore, mereka bermain di tepi sungai, berbagi cerita, dan bercita-cita tentang masa depan.
Suatu hari, saat mereka berjalan pulang dari sekolah, Amir melihat sebuah poster di tembok. Poster itu mengumumkan lomba menggambar di kota. “Budi, kita harus ikut lomba ini! Kita bisa menang!” seru Amir dengan semangat.
Budi, yang lebih pendiam, terlihat ragu. “Tapi, Amir, aku tidak sebaik itu menggambar. Apa kita benar-benar bisa menang?” tanyanya.
Amir tersenyum, “Kita tidak perlu menang. Yang penting kita mencoba dan bersenang-senang. Ayo, kita mulai berlatih!”
Mereka pun sepakat untuk berlatih menggambar setiap sore setelah pulang sekolah. Amir sangat antusias, sementara Budi berusaha keras meskipun sering merasa putus asa. Setiap kali Budi merasa gambarannya tidak bagus, Amir selalu mendukungnya, “Jangan menyerah, Budi! Setiap karya itu proses. Kita bisa belajar bersama.”
Hari-hari berlalu, dan Budi mulai merasa lebih percaya diri. Mereka menggambar pemandangan desa, hewan, dan bahkan potret satu sama lain. Suatu hari, saat mereka sedang menggambar di bawah pohon besar, Budi berkata, “Amir, terima kasih sudah selalu mendukungku. Tanpamu, aku mungkin sudah berhenti mencoba.”
Amir tersenyum dan menjawab, “Sahabat sejati adalah orang yang selalu ada di samping kita, apapun yang terjadi.”
Akhirnya, hari lomba pun tiba. Mereka berdua sangat bersemangat, tetapi juga sedikit gugup. Di tempat lomba, banyak peserta lain yang juga berbakat. Mereka menyerahkan karya mereka dan menunggu pengumuman. Saat juri mengumumkan pemenang, hati mereka berdegup kencang.
“Juara pertama lomba menggambar adalah… Amir dan Budi dengan karya ‘Persahabatan di Ujung Jalan’!” suara juri menggema di ruangan.
Amir dan Budi melompat kegirangan. Mereka memeluk satu sama lain, merasa bangga dan bahagia. “Kita berhasil, Budi!” teriak Amir.
Budi dengan senyum lebar berkata, “Ini semua berkat kita berdua. Tanpa dukunganmu, aku tidak akan pernah sampai sini.”
Setelah menerima penghargaan, mereka berdua menyadari bahwa kemenangan bukanlah yang terpenting. Sahabat sejati adalah orang yang mendukung kita, menginspirasi kita untuk terus mencoba, dan berada di sisi kita dalam setiap langkah.
Sejak saat itu, mereka semakin dekat. Mereka tidak hanya belajar menggambar, tetapi juga belajar arti sejati dari persahabatan. Di ujung jalan, mereka menemukan bahwa sahabat sejati adalah harta yang tak ternilai.
