Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan, tinggal seorang remaja bernama Raka. Raka adalah siswa SMP yang penuh semangat dan cita-cita tinggi. Namun, hidupnya tidak selalu mudah. Ayahnya telah tiada, dan ibunya bekerja keras sebagai penjual kue untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Suatu hari, saat Raka pulang dari sekolah, ia melihat sekelompok anak bermain bola di lapangan. Mereka tertawa dan bersenang-senang, sementara Raka hanya bisa tersenyum dari jauh. Dalam hatinya, ia sangat ingin bermain, tetapi ia tahu ibunya membutuhkan bantuan di rumah.
Malam itu, Raka duduk di meja belajarnya, dikelilingi buku-buku. Ia teringat akan impian besarnya untuk menjadi dokter. Ia ingin membantu orang-orang di desanya yang sering sakit tetapi tidak memiliki akses ke perawatan medis. Namun, untuk mencapai itu, ia harus belajar dengan giat.
Keesokan harinya, Raka memutuskan untuk meminta bantuan seorang guru bernama Ustazah Fatimah. Ustazah Fatimah dikenal baik dan selalu siap membantu murid-muridnya. Ketika Raka mengungkapkan impiannya, Ustazah Fatimah tersenyum dan berkata, “Raka, setiap perjalanan dimulai dengan langkah pertama. Mari kita buat rencana untuk mencapai impianmu.”
Dengan bimbingan Ustazah Fatimah, Raka mulai belajar dengan serius. Ia menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca tentang ilmu kedokteran dan kesehatan. Setiap malam, ia berdoa, memohon kepada Allah agar diberikan kemudahan dalam belajar.
Waktu berlalu, dan Raka semakin dekat dengan impiannya. Ia mengikuti berbagai kegiatan di sekolah, seperti lomba sains dan seminar kesehatan. Keberhasilannya membuatnya semakin percaya diri. Suatu ketika, ia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program beasiswa ke sekolah kedokteran di kota.
Namun, perjalanan Raka tidak selalu mulus. Ia menghadapi banyak tantangan, seperti waktu belajar yang terbatas dan kesulitan dalam memahami pelajaran tertentu. Tetapi, setiap kali ia merasa putus asa, ia selalu mengingat ibunya yang bekerja keras dan doa-doanya.
Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba. Raka menerima surat penerimaan dari sekolah kedokteran. Ia melompat kegirangan dan segera berlari memeluk ibunya. “Ibu, aku diterima! Aku akan menjadi dokter!” serunya.
Dengan air mata bahagia, ibunya berkata, “Anakku, ini adalah hasil dari kerja keras dan doamu. Semoga Allah selalu memberkati jalanmu.”
Raka tahu bahwa ini baru awal dari perjalanannya. Jalan menuju harapan memang tidak mudah, tetapi ia yakin dengan tekad dan doa, ia akan mampu mengatasi segala rintangan. Ia berjanji untuk tidak hanya mengejar impiannya, tetapi juga untuk membantu orang lain di desanya kelak.
Dari sinilah, Raka melangkah ke masa depan yang penuh harapan, dengan keyakinan bahwa setiap usaha dan doa pasti akan membuahkan hasil.
