Di sebuah desa yang dikelilingi oleh pegunungan, hiduplah seorang remaja bernama Dila. Ia adalah siswa SMP di Al Mabruroh yang dikenal cerdas dan rajin belajar. Namun, di balik senyumnya, Dila menyimpan rasa cemas yang dalam. Ia sangat ingin menjadi dokter, tetapi kondisi keuangan keluarganya sangat terbatas. Setiap kali ia melihat teman-temannya yang mampu les di tempat elit, hatinya merasa berat.
Suatu malam, saat Dila duduk di meja belajar, ia melihat ibunya yang kelelahan setelah seharian bekerja di ladang. “Ibu, aku ingin sekali melanjutkan sekolah dan belajar lebih banyak,” ujarnya. Ibunya tersenyum lembut, “Nak, semua usaha akan membuahkan hasil. Jangan pernah berhenti bermimpi.”
Kata-kata ibunya menggugah semangat Dila. Meski merasa tertekan, ia bertekad untuk mencari cara. Keesokan harinya, Dila memutuskan untuk bergabung dengan kelompok belajar di sekolah. Di sana, ia bertemu dengan teman-teman yang memiliki semangat belajar yang sama. Mereka saling membantu dalam memahami pelajaran, dan Dila merasa sedikit lebih tenang.
Suatu hari, ada pengumuman tentang lomba sains antar sekolah. Pemenangnya akan mendapatkan beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan di sekolah kedokteran. Dila merasa bahwa ini adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Ia mulai belajar lebih giat, bahkan hingga larut malam.
Namun, di tengah-tengah usaha tersebut, Dila mengalami kesulitan. Ia merasa lelah dan cemas. “Apakah aku bisa melakukannya?” pikirnya. Suatu malam, Dila pergi ke taman dekat rumahnya untuk merenung. Sambil menatap langit berbintang, ia teringat pada nasihat ibunya. “Ada cahaya di ujung terowongan, Dila. Teruslah berusaha.”
Kata-kata itu terngiang di telinganya. Dengan semangat baru, Dila kembali belajar. Ia tidak hanya belajar sendiri, tetapi juga meminta bantuan guru dan teman-temannya. Setiap kali ia merasa lelah, ia mengingat impian besarnya untuk menjadi dokter dan membantu orang-orang.
Hari perlombaan pun tiba. Dila merasa gugup saat memasuki ruangan. Namun, ia berusaha tenang dan fokus. Ketika soal-soal mulai dibagikan, ia mengingat semua usaha yang telah dilakukannya. Perlahan, rasa percaya diri Dila muncul. Ia menjawab setiap soal dengan penuh keyakinan.
Setelah perlombaan usai, Dila pulang dengan penuh harapan. Beberapa hari kemudian, hasil lomba diumumkan. Dila berdebar-debar saat namanya dipanggil sebagai pemenang! Air mata bahagia mengalir di pipinya. “Aku berhasil!” serunya dalam hati.
Ketika menerima penghargaan, Dila tak bisa menahan tangis harunya. Dalam sambutannya, ia mengucapkan terima kasih kepada ibunya dan semua temannya. “Ini bukan hanya kemenangan untukku, tetapi juga untuk semua orang yang telah mendukungku. Kita semua bisa mencapai impian jika kita terus berusaha dan tidak menyerah.”
Dari hari itu, Dila belajar bahwa setiap usaha yang dilakukan, meskipun terasa berat, akan membuahkan hasil. Ia juga menyadari bahwa cahaya di ujung terowongan bukan hanya impian, tetapi juga dukungan orang-orang tercinta di sekitarnya.
Dengan semangat dan tekad, Dila melanjutkan langkahnya menuju impian. Ia bertekad untuk menjadi dokter yang bisa membantu banyak orang, dan menginspirasi anak-anak lain untuk tidak pernah menyerah pada impian mereka.
